Microsoft kembali meluncurkan bagian strategi layanan dan pengembangan Oslo, yakni dengan bahasa program ‘M’. Microsoft mengumumkan M untuk membangun bahasa tekstual domain-spesific language (DSL) dan model software dengan XAML. Microsoft akan memperkenalkan Quadrant, untuk membangun dan melihat model secara visual, dan sebuah penyimpanan dan kombinasi model menggunakan database SQL Server. M, XAML, dan Quadrant akan dirilis sebagai CTP (Community Technology Preview) Oslo di acara Microsoft's Professional Developers' Conference (PDC) bulan ini untuk proses testing.Oslo, merupakan proyek Microsoft untuk memasarkan tool pengembangan dan teknik di modeling, juga kode-kode yang digunakan untuk mendesain, membangun, dan mengetes software tersebut. Microsoft menaruh idenya dari Software Factories yang memiliki VSTS (Visual Studio Team System) yang baru. Software Factories menggunakan DSL dan XML untuk membangun model untuk penggunaan yang spesifik atau domain seperti untuk di perbankan. Ide Microsoft ini datang dari perpaduan ALM (Application Lifecycle Management) dengan VSTS dengan membuat model dan tes lebih mudah.Robert Wahbe, VP Microsoft mengatakan bahwa Oslo tersebut akan mendorong promosi dan membuat model M, XAML, dan Quadrant lebih mudah untuk dibangun secara tekstual dan visual. Wahbe menyatakan bahwa M akan menyediakan layanan yang unik, yang belum pernah ada di bahasa pemrograman lainnya, dengan keyword dan syntax yang akan ditranslasikan oleh DSL dan kemudian disimpan di Quadrant. Wahbe menambahkan M bisa di-compile di Linux dan Mac. Semua ISV akan dibangun selalu mengarah ke compiler M, untuk itu user perlu membangun ISV di Visual Studio dan model aplikasi dapat disimpan di Microsoft SQL Server yang hanya berjalan di Windows.Wahbe mengemukakan bagi user yang tidak ingin terlalu sintaktis, maka Microsoft membuat tool Quadrant, yang akan menjadi editor untuk melihat model, list node, tree, graph, atau boxes line untuk workflow dan kombinasi visualisasi mode. Microsoft berencana untuk merilis paket M, XAML, dan Quadrant dalam satu paket Oslo pada pertengahan tahun 2009.
Jakarta: Bruce Baikie dan Marc Pomerleau hanyalah karyawan di Sun Microsystems. Tapi kiprahnya di sebuah organisasi nirlaba, Green Wi-Fi, setidaknya akan memberikan manfaat besar bagi anak-anak di negara miskin, jauh dari tempat tinggal mereka di San Fransisco, Amerika Serikat. Baru-baru ini Baikie dan Pomerleau mengembangkan akses Internet melalui jaringan nirkabel (wireless fidelity/Wi-Fi) dengan menggunakan tenaga surya. Teknologi ini mereka kembangkan untuk aplikasi di daerah terpencil di negara berkembang, yang belum terjangkau jaringan listrik. Seperti di daerah India bagian utara. Di sana sudah tersedia koneksi telekomunikasi kabel untuk Internet. Namun, sayang, justru kabel listrik yang belum tersambung. Pomerleau dan Baikie memilih teknologi Wi-Fi karena teknologi ini yang paling masuk akal dan relatif lebih murah untuk dikembangkan. Konsep yang mereka pakai cukup simpel. Setiap node (perangkat yang mampu berinteraksi dalam jaringan) diberi sebuah router yang dilengkapi batera
Komentar
Posting Komentar
Sesuaikan Dengan Kata Hati